Jumat, 08 Mei 2009

Ayam Pelung: ‘Penyanyi’ Khas Cianjur


Suara merdu nan panjang terdengar dari arena kontes ayam pelung tingkat nasional yang diselenggarakan Himpunan Mahasiswa Produksi Ternak Institut Pertanian Bogor (HIMAPROTER IPB), tiga tahun lalu. Tentunya suara itu berasal dari kumpulan ayam pelung karena mereka bintang utama dalam kontes tersebut.

Kontes ayam pelung saat itu bertema MAMA DJAKARSIH. Setelah ditelisik, ternyata nama itu tidak asing dikalangan pencinta ayam pelung. Nama tersebut memiliki arti penting mengenai asal-usul ayam pelung yang belum jelas domestikasinya secara ilmiah.

Kiai H. Djarkasih atau Mama Acih dipercayai dikalangan peternak sentra ayam pelung sebagai pemelihara pertama ayam tersebut. Kisah ini diperkirakan sekitar tahun 1850, di mana Kiai H. Djakarsih, seorang penduduk desa Bunikasih, Kecamatan Warung Kondang, Cianjur, dalam mimpinya bertemu dengan Eyang Suryakancana, putra Bupati Cianjur.

Suryakancana dalam mimpinya menyuruh Djakarsih untuk mengambil seekor ayam di suatu tempat. Keesokan harinya, Djakarsih mendatangi tempat tersebut dan terkejut ketika menemukan seekor ayam jantan besar dan tinggi yang memiliki bulu jarang (trundul). Ayam itu lalu dibawanya pulang untuk dipelihara hingga dewasa.

Setahun kemudian ternyata ayam tersebut memiliki kokok yang terdengar enak dan berima merdu. Ayam pelung yang saat ini berkembang diyakini berasal dari hasil perkawinan ayam tersebut dengan seekor ayam kampung betina. Namun, kebenaran asal-usul ayam tersebut masih menjadi teka-teki yang belum terjawab.

Ayam pelung kini banyak dibudidaya di daerah pedesaan Cianjur. Ayam khas Cianjur yang bisa mencapai berat saat dewasa hingga 5-7 kg ini mulai banyak peminatnya. Semakin bertambahnya penggemar, penyebaran ayam tersebut makin meluas ke berbagai daerah seperti Bandung, Bogor, Sukabumi dan sekitarnya. Namun, untuk mendapatkan bibit ayam ini, bisa diperoleh di Kecamatan Warungkondang, Pacet, Cugenang, Cianjur dan Cempaka.

Ayam pelung merupakan salah satu ayam lokal yang bisa berkokok selain ayam berkisar dan ayam kokok balenggek. Selain tingginya mencapai 40-50 sentimeter, ayam ini berjengger tunggal (single comb) yang berdiri tegak, bercakar panjang dan besar. Ayam pelung digemari karena kokoknya yang panjang dan merdu.

Keunikannya dalam menghasilkan suara inilah yang menjadi daya tarik tersediri bagi pencintanya. Tak heran, banyak orang yang mengatakan ayam pelung sebagai ayam penyanyi. Ayam pelung bisa berkokok dengan durasi sekitar 10 detik bahkan lebih.

Suara kokoknya sangat khas, mengalun panjang, besar dan mendayu. Ayam ini dapat dikelompokkan dalam ayam berkokok panjang atau long crow fowl seperti ayam toutenko, toumaru dan kaeyoshi, bangsa ayam asli Jepang yang bisa berkokok dengan durasi sampai 15 detik.

Kokok merdu ini hanya dimiliki ayam pelung jantan karena kokok merupakan sifat kelamin sekunder pada ayam jantan dan sangat dipengaruhi hormon testosteron. Untuk menghasilkan suara yang panjang dan merdu, ayam pelung harus terus berlatih. Masa berlatih, terdiri dari dua fase, yaitu fase sensory dan fase sensorimotor.

Saat fase sensory, ayam jantan muda biasanya dipelihara berdekatan dengan bapaknya atau pejantan yang memiliki suara merdu. Pejantan inilah yang akan menjadi tutor baginya. Ayam ini akan merekam suara tutornya. Saat dewasa akan mulai bernyanyi dengan meniru suara tutor yang sudah terekam selama ini di otaknya.

Sedangkan fase sensorimotor, organ yang mengatur produksi suara atau yang disebut song control region (SCR) mengalami perkembangan pesat. Fase ini terjadi saat ayam tersebut sudah mengalami dewasa kelamin. Saat inilah ayam akan terus bernyanyi dan berlatih hingga mahir.

Sayangnya, isu yang berkembang sekarang ini, kualitas kokok ayam pelung mengalami penurunan yang dramatis. Ada dua faktor yang diduga menyebabkan penurunan kualitas kokok ayam pelung, terutama kualitas ayam-ayam juara. Pertama, adanya kekhawatiran dikalangan hobiis bila ayam juara dikawinkan dengan betina akan menurunkan kualitas suara ayam mereka.

Hobiis pun akhirnya memilih untuk tidak memberikan kesempatan untuk mengawini betina. Ayam jantan juara akan dipelihara di kandang individu yang di sebut ajeng. Kedua, ada anggapan bahwa tetua jantan tidak terlalu penting dalam perkawinan. Seleksi ketat pun hanya diberlakukan pada saat memilih ayam betina calon induk.

Ayam hias berleher panjang dan berkaki kokoh ini juga bisa dimanfaatkan sebagai ayam petelur atau pedaging yang unggul. Sebagai petelur, ayam pelung betina bisa menghasilkan 30 butir per periode dengan bobot setiap telur 50,66 gram. Ayam pelung betina yang masih berproduksi, harganya terbilang sangat mahal, sekitar Rp 500-800 ribu

Pertumbuhannya juga tergolong pesat. Jika ayam yang berwarna bulu dominan campuran merah dan hitam ini dikawinsilangkan dengan ayam kampung maka akan menghasilkan keturunan ayam berbadan besar.

Sayangnya, penggemar pelung kurang memanfaatkannya sebagai ayam petelur maupun pedaging. Mereka lebih tertarik menjadikannya ayam hias yang dinikmati keindahan suaranya. Hal ini dapat dimaklumi karena nilai jual ayam pelung sebagai penyanyi sangat tinggi. Apalagi jika ayam tersebut berhasil jadi juara kontes, ia dan keturunannya langsung bernilai mahal. (*berbagai sumber)

Juara Kontes, Harga Melangit

Ayam pelung sebagai ayam asli Indonesia memiliki tiga kelebihan sifat secara genetika, yaitu suara berkokok yang panjang dan mengalun, pertumbuhannya yang pesat dan postur badannya yang besar.

Yang paling dikenal dari ayam pelung adalah suara kokoknya yang indah dan panjang. Untuk mempertahankan ciri khas ini, para penggemar sering mengadakan kontes ayam pelung yang sering di sebut kongkur (conqour).

Kongkur yang sering diadakan oleh Himpunan Peternak dan Penggemar Ayam Pelung Indonesia (HIPPAPI) merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menumbuhkan motivasi para peternak dan penggemar ayam pelung. Biasanya kriteria yang dinilai pada kontes ini adalah kesehatan, bentuk, warna dan suaranya.

Aspek penampilan dinilai dengan melihat keadaan tubuh bagian depan dan belakang. Bentuk dan warna jengger, bentuk dan keadaan mata, hidung, bentuk paruh, leher, tembolok dan paruh juga mendapatkan penilaian.

Aspek penilaian suara meliputi volume, durasi kokok (kebat), suara angkatan (kokok depan), suara tengah dan suara akhir (tungtung). Ayam pelung memiliki kokok depan baik bila volume suara awal besar, bersih dan panjang.

Suara kokok tengah dikatakan baik bila suara tengah bervolume besar, bersih dan terjadi perubahan suara antara suara awal menuju suara tengah. Perubahan volume ini disebut bitu. Sedangkan suara akhir yang merupakan suku kata kokok akhir harus bervolume besar, bersih dan lunyu.

Untuk memenangkan kontes, kunci keberhasilan yang dapat dilakukan adalah memaksimalkan kebutuhan pokok ayam, seperti pemilihan idukan, perawatan bibit, pemilihan dan pemberian pakan, penanggulangan penyakit sampai perawatan menjelang kontes. Selain itu, para hobiis harus memiliki pengetahuan yang memadai dalam memelihara, merawat dan melatih ayam pelung agar kualitasnya lebih baik.

Jika memenangkan kontes, bukan hanya piala juara yang diperoleh. Harga ayam hingga keturunannya pun menjadi mahal. Untuk mendapatkan ayam pelung yang bertitel juara, siap-siap merogoh kocek dalam hingga Rp 10-20 juta per ekor. Harga yang tidak murah dibandingkan ayam biasa. Namun bagi hobiis harga ini sebanding dengan kelebihannya.

Sekarang ini, ayam pelung semakin terkenal dan diminati masyarakat umum, wisatawan nusantara dan mancanegara. Bahkan, seorang Putra Kaisar Jepang tertarik dengan ayam pelung hingga mengunjungi desa Warungkondang untuk melihat peternakan ayam tersebut. Ayam pelung sebagai sumberdaya genetik hewan (plasma nutfah), penting untuk dikembangkan dan dilestarikan. (**berbagai sumber)

Landak: Mamalia Unik Berduri Tajam


Jika kita mendengar kata Landak, maka yang langsung teringat dipikiran kita adalah duri. Duri memang hal yang takkan terpisahkkan dari Landak, mamalia unik yang memiliki duri tajam di sekujur tubuhnya.

Dalam bahasa Inggris, Landak dikenal dengan sebutan Porpucine. Porpucine sendiri berasal dari gabungan dua bahasa latin yang memiliki arti babi berduri. Duri di tubuh seekor Landak, bisa mencapai 30.000 buah. Jumlah yang sangat banyak. Duri ini juga memiliki keruncingan yang sangat tajam, sehingga saat dilontarkan ke pemangsanya, bisa berbahaya.

Masih mengenai duri, Landak yang bisa hidup selama 12-15 tahun, bahkan pernah ada yang mencapai 20 tahun, selama masa hidupnya juga mengalami pergantian duri. Untuk menghasilkan duri baru sebagai pengganti duri yang gugur, seekor Landak membutuhkan banyak kalsium.

Binatang unik ini di dunia terdiri dua keluarga atau famili, yaitu Hystricidae dan Erethizontidae. Untuk Landak yang berfamili Erethizontidae, kita dapat temukan di Amerika. Sedangkan di tempat lain, anda akan menemukan binatang yang memiliki panjang tubuh sekitar 63-80 sentimeter ini berasal dari famili Hystricidae.

Hewan yang memiliki bobot tubuh 12-35 pon ini merupakan hewan yang agresif. Mereka bahkan bisa berlari kencang untuk menjauh dari pemangsanya dan masuk ke dalam tanah tempatnya bersarang. Jika tak ada cara lain menghindari pemangsa, cara yang paling ampuh adalah mengembangkan bulu keras. Sekujur tubuhnya pun akhirnya tampak penuh dengan duri.

Hewan yang memiliki ekor sepanjang 10,5-13 sentimeter ini juga selalu siaga untuk melontarkan duri ke pemangsanya saat merasa terancam hidupnya. Setelah dilontarkan durinya, mereka akan meninggalkan duri tersebut tertancap, terbenam dan tertinggal di dalam tubuh musuhnya. Tetapi, tidak semua landak mempunyai duri pada bagian tubuhnya. Di Borneo, ditemukan salah satu jenis landak yang mempunyai bulu yang lembut, yaitu Trchys lipura.

Landak pada umumnya hidup sendiri alias tidak berkoloni dan hewan nokturnal. Hewan yang aktif saat malam tiba. Namun, hewan nokturnal ini masih mampu untuk bergerak pada siang hari saat keadaan terpaksa. Sebagai hewan yang memiliki daya ingatan yang kuat, mereka pun dengan mudah belajar sesuatu yang baru.

Kelebihan hewan ini selain daya ingat yang kuat adalah memiliki indera pendengar dan penciuman yang sangat tajam. Kemampuan inilah yang mempermudah hewan yang memiliki habitat asal di hutan ini mampu mencari makanan pada malam hari walaupun penglihatan yang dimilikinya tidak spesial.

Di lihat dari fisiknya, hewan yang bisa berkembangbiak sebanyak dua kali dalam setahun ini memiliki tubuh yang tegap, berkepala dan bertelinga kecil, memilliki ekor yang pendek dan tebal serta berkaki pendek.

Hal yang unik juga terletak pada bagian kakinya. Jika dicermati, landak memiliki empat jari di kaki depannya, sedangkan kaki belakangnya mereka mempunyai lima jari. Setiap jari inipun memiliki cakar atau kuku yang panjang yang membantunya memanjat atau mengupas kulit pohon. Hewan yang memiliki masa bunting selama 16 minggu ini juga memiliki gigi yang kuat. Gigi kuat inilah yang membantunya untuk memakan tumbuhan yang keras, misalnya kulit kayu.

Hewan ini memang memiliki habitat asal di hutan, tapi mereka juga memiliki kemampuan beradaptasi dengan pelbagai habitat dan kondisi. Hewan ini biasanya menggali lubang di dalam tanah untuk membuat sarang. Namun mereka juga bisa menggunakan rongga kayu ataupun batu sebagai sarangnya. Bahkan, mamalia ini bisa hidup di daerah perkebunan kelapa sawit, di mana mereka bisa memakan tumbuhan termasuk buah kelapa sawit yang gugur ke tanah.

Di Amerika Utara termasuk di Kanada, terdapat sub-spesies landak yang tinggal di atas pohon, bahkan bisa memanjat pohon dan berenang. Landak di kawasan Amerika memiliki tengkorak kepala yang hampir bulat dibanding di kawasan lain.

Landak yang hidup di kawasan sejuk tidak mengalami hibernasi walaupun mereka selama musim salju tinggal di dalam sarangnya, seperti yang dialami spesies landak Amerika Utara yang disebut North American Porpucine.

Landak di Amerika juga memiliki musim kawin di bulan November hingga Desember. Usia kebuntingan landak betina ini bisa hingga 7 bulan. Anak yang dilahirkan hidup dengan kondisi mata yang langsung terbuka dan tubuh penuh duri yang lembut.

Kehadiran mereka di kawasan hutan juga bisa dijadikan patokan keseimbangan kehidupan fauna. Landak yang sering dimangsa oleh harimau, keberadaannya menunjukkan masih adanya keseimbangan rantai makanan. Jika landak masih ditemukan, maka hutan tersebut jumlah faunanya masih dalam keadaan yang stabil. Namun yang terjadi sebaliknya, jika di hutan tersebut landak sudah punah berarti pemangsa besar di daerah tersebut sudah kekurangan makanan. (*berbagai sumber)

Daging Enak dan Gurih...

Rupanya, selain penunjukkan keseimbangan kehidupan fauna di hutan, landak juga memiliki fungsi lain, yaitu menu khas wisata kuliner.

Seperti yang dilangsir dari harian Suara Merdeka, landak dijadikan salah satu menu khas andalan di Karanganyar. Tepatnya di lokasi wisata Tawangmangu, landak dijadikan menu favorit berupa sate. Sate landak ini tak kalah enak dan gurih dibanding sate kelinci, kambing maupun ayam yang sudah populer lebih dahulu.

Binatang berduri tajam ini rupanya memiliki daging yang empuk. Bahkan sebagian orang percaya, daging landak mempunyai khasiat sebagai penyembuh sakit asma dan hati. Untuk para pria, ekor landak juga memiliki khasiat lebih, yaitu sebagai penambah vitalitas alias obat kuat.

Sukanto pengagas ide kuliner sate landak ini mengatakan awalnya dia hanya mencoba-coba saja. Selama ini tidak banyak yang mau makan daging landak. Tetapi setelah diolah khusus, sate landak ini tidak kalah lezat dengan sate kelinci dan ayam.

Dalam sehari, pemilik rumah makan di Ngelebak, Tawangmangu ini bisa menyembelih landah sebanyak 3-5 ekor. Namun, saat Lebaran tiba, warungnya bisa menyembelih landak hingga 8 ekor. Menu sate landak rupanya menjadi incaran pemudik dari Jakarta dan kota besar lainnya.

Pihak Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) pun tidak tinggal diam. Di bawah bimbingan Prof. Dr. Handayani, lembaga ini meneliti kandungan daging landak. Hasilnya daging landak ternyata bebas kolesterol, mengandung penguat stamina dan bisa dijadikan obat asma. Dengan kelebihan ini, sate landak akhirnya menjadi semakin populer.

Rabu, 06 Mei 2009

Pilah-Pilih Bibit Unggul Sapi Perah


400 ekor sapi perah asal Australia masuk ke Indonesia melalui bandara Soekarno Hatta, bulan April lalu. Sapi perah ini di import oleh perusahaan peternakan dalam negeri untuk menanggulangi kekurangan suplai susu nasional.

Indonesia sebenarnya memiliki potensi lahan yang luas untuk pengembangan peternakan sapi, baik sapi perah ataupiun sapi potong. Namun kekayaan lahan ini tidak diimbangi dengan kekayaan bibit sapi. Kondisi ini berdampak pada produksi nasional yang rendah sehingga negara ini harus menanggulangi kekurangan dengan melakukan import bibit ataupun hasil produksinya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Bibit sapi perah yang berhasil di import berjenis Friesien Holstein (FH). Sapi FH memang salah satu jenis sapi perah yang unggul dalam menghasilkan susu. Sapi FH terkenal dengan produksi susunya yang tinggi, bisa mencapai lebih dari 6350 kg/tahun dengan persentase kadar lemak susu 3-7%. Selain itu, FH merupakan jenis sapi perah yang paling cocok dan menguntungkan untuk dibudidayakan di Indonesia.

Perlunya bibit sapi perah unggul dibudidayakan karena sapi perah yang ada di Indonesia masih memiliki tingkat produksi susu yang rendah. Rata-rata produksi sapi perah di Indonesia masih kurang dari 10 liter/hari, padahal standar normalnya seekor sapi perah dapat menghasilkan susu sekitar 12 liter/hari. Hal ini menunjukkan bahwa sapi perah yang kita miliki masih jauh di bawah standar normal.

Import bibit sapi perah dianggap cara yang paling tepat untuk memperbaiki kualitas produksi yang ada saat ini. Namun, tidak sembarang import saja. Bibit sapi perah yang di import pun harus melalui tahapan seleksi yang panjang untuk dinyatakan sebagai bibit unggul. Sistem pilah-pilih bibit sapi perah pun dilakukan dengan ketat agar menghasilkan bibit unggul yang diinginkan.

Selain jenisnya, yang menjadi perhatian penting dalam pilah-pilih bibit sapi perah adalah pemilihan bibit dara (calon induk), pemilihan bibit sapi perah betina dewasa dan pemilihan bibit pejantan.

Pemilihan bibit dara dianggap penting karena akan menentukan hasil produksi susu di masa yang akan datang. Seekor sapi perah dara yang akan dijadian bibit unggul calon induk sebaiknya berasal dari induk dan pejantan yang menghasilkan produksi susu tinggi.

Selain itu, performa atau penampilan sapi perah dara harus baik, misalnya memiliki kepala dan leher yang sedikit panjang, pundak tajam, badan cukup panjang, punggung dan pinggul rata, dada dalam dan pinggul lebar, jarak antara kaki depan dan kaki belakang cukup lebar. Pertumbuhan ambing dan puting baik, jumlah puting tidak lebih dari 4 buah yang letaknya simetris. Calon induk unggul ini tentunya memiliki tubuh yang sehat dan tidak cacat.

Memilih sapi perah betina dewasa sebagai bibit, performanya tidak jauh berbeda dengan pemilihan bibit dara. Sebaiknya, bibit sapi perah betina dewasa ini sudah pernah beranak, umur sekitar 3,5-4,5 tahun, produksi susu tinggi dan berasal dari induk dan pejantan yang memiliki kemampuan produksi susu tinggi. Bentuk tubuhnya seperti baji, mata bercahaya, punggung lurus, bentuk kepala baik, jarak kaki depan dan kaki belakang cukup lebar dan kuat.

Bentuk ambing pun mendapatkan perhatian besar. Sebaiknya ambing yang dimiliki cukup besar, pertautan pada tubuh pun cukup baik. Ambing apabila diraba lunak, kulit halus, vena susu banyak, panjang dan berkelok-kelok, puting susu tidak lebih dari empat dan simetris, namun tidak telalu pendek. Sebagai bibit unggul, sapi ini harus sehat dan tidak membawa penyakit menular.

Setelah menyeleksi sapi perah betina, pemilihan bibit pejantan juga mendapatkan porsi yang sama besar. Seekor pejantan juga menentukan peningkatan mutu genetik ternak yang bersangkutan. Oleh sebab itu, seekor pejantan harus memenuhi kriteria sebagai pejantan unggul. Kriteria tersebut antara lain, umur sekitar 4-5 tahun dan memiliki kesuburan tinggi. Daya menurunkan sifat produksi susu yang tinggi wajib dinilikinya. Sama seperti betina, pejantan juga berasal dari induk dan pejantan yang memiliki performa atau produksi yang tinggi.

Penampilan seekor pejantan harus baik, besar badan yang dimilikinya harus sesuai dengan umur. Pejantan unggul juga mempunyai sifat-sifat pejantan yang baik. Secara fisik, pejantan memiliki tubuh yang kuat, muka sedikit panjang, kepala lebar, leher besar, punggung kuat, pinggang lebar, pundak sedikit tajam dan lebar. Paha yang dimilikinya rata dan cukup terpisah, dada lebar dan jarak antar tulang rusuk cukup lebar. Badan panjang, dada dalam, lingkar perut dan lingkar dada besar. Pejantan tentu saja harus sehat dan bebas dari penyakit menular dan pastinya tidak menurunkan cacat pada keturunannya.


Asal Bibit Unggul Sapi Perah

Negara Eropa (Skotlandia, Denmark, Inggris, Perancis, Belanda dan Switzerland), Italia, Amerika, Australia, Afrika dan Asia (India dan Pakistan) merupakan sentra peternakan sapi perah di dunia. Maka tidak heran bila banyak negara berusaha mengimport dan membudidayakan bibit unggul sapi perah dari negara tersebut.

Bicara tentang bibit unggul sapi perah, selain Friesien Holstein, banyak jenis sapi perah lain yang terkenal dengan produksi susu yang tinggi. Misalnya, sapi perah jenis Shorhorn yang berasal dari Inggris, sapi perah jenis Brown Swiss dari Switzerland, sapi perah jenis Red Danish dari Denmark, sapi perah jenis Droughtmaster dari Australia dan tidak ketinggalan sapi perah jenis Jersey dari selat Channel, antara Inggris dan Perancis.

(sumber: berbagai sumber)

Kecoa Madagaskar: Desis yang Memikat


Kecoa Madagaskar merupakan salah satu kecoa terbesar yang ada di bumi ini. Kecoa yang bisa mencapai panjang tubuh hingga 8 sentimeter berwarna hitam dan coklat. Tidak seperti kecoa yang sering kita temui, kecoa ini memiliki keunikan tersendiri sehingga memikat orang untuk menjadikannya hewan kesayangan atau peliharaan. Keunikan yang dimilikinya adalah dapat mengeluarkan bunyi atau desisan saat tubuhnya ditekan.

Hissing Cockroach atau kecoa berdesis, demikian kecoa ini dikenal dikalangan pencintanya. Selain memiliki Exoskeleton yang keras sebagai pelindung diri, desis nyaring yang dihasilkan ternyata salah satu senjata andalan yang digunakannya untuk mengejutkan pemangsa/predator.

Sebagai makhluk pra-sejarah yang tidak banyak bermutasi bentuk, kecoa ini berasal dari Hutan Madagaskar yang terletak di sebelah timur Afrika. Selama berada di habitat asalnya, kecoa Madagaskar memperoleh makan dari daun-daun yang jatuh ke tanah untuk bertahan hidup. Secara tidak langsung kotoran yang dikeluarkan kecoa ini memberikan dampak pada kesuburan hutan.

Temperatur hutan Madagaskar yang tidak menentu membuat kecoa ini dapat bertahan dalam kondisi suhu atau temperatur apapun. Namun, saat musim kawin, suhu sebesar 85 derajat Fahrenheit suhu paling tepat diberikan di lingkungannya. Ketahanannya untuk hidup dalam kondisi apapun membuat kecoa ini semakin digemari sebagai hewan kesayangan.

Memelihara hewan ini tidak sulit ataupun merepotkan. Gerakan yang lebih lambat dari kecoa yang sering kita temui di rumah membuat kita tidak kerepotan dalam menangganinya. Handling sangat mudah dilakukan, selama mereka tidak merasa terancam, mereka tidak akan berusaha kabur atau lari jika dipegang ditelapak tangan kita.

Kenyamanan kandang perlu kita jaga. Bahkan kita dapat mendesain tempat tinggalnya mirip seperti habitat aslinya di hutan. Berbagai macam media atau substrat dapat digunakan sebagai tempat tinggalnya. Namun, tetarium yang diisi oleh pasir atau serbuk kayu adalah yang terbaik. Kita bisa tambahkan sepotong kayu ke dalam kandang sebagai tempat persembunyiannya.

Kecoa yang paling tahan terhadap radiasi ini tidak bersayap. Hal ini jangan membuat anda lengah. Walaupun dia tidak bisa terbang, namun kecoa ini dapat merayap keluar kandang. Untuk itu, sebaiknya anda menyiapkan sebuah ram kawat pada bagian atas tetarium sebagai penutup kandang. Anda juga bisa mengolesi seluruh sisi tetarium bagian atas dengan cairan lilin. Cairan lilin ini berfungsi sebagai pelicin sehingga kecoa tidak bisa dengan mudah merayap ke atas tetarium.

Untuk makanannya, kecoa Madagaskar bisa diberikan makanan kucing (cat food) atau anjing (dog food). Bahkan untuk variasi supaya kecoa Madagaskar anda tidak bosan berikan makanan berupa sayur dan buah-buahan seperti wortel, selada dan melon.

Sebagai hewan kesayangan, kecoa Madagaskar mempunyai daya tarik lain, yaitu tidak berbau seperti kecoa yang sering kita temui di lingkungan kotor. Keunggulan ini membuat kita semakin senang bermain dengannya. Sayangnya, di Indonesia, untuk dijadikan hewan kesayangan, kecoa ini masih sulit di dapatkan. Harganya pun tidak murah. Di Amerika saja, sebagai hewan kesayangan, kecoa ini di hargai dengan harga yang mahal, sekitar 20 dolar Amerika.

Rata-rata kecoa Madagaskar bisa bertahan hidup hingga usia 2-3 tahun. Untuk membedakan antara jantan dengan betina sangat mudah. Anda tinggal melihatnya dari ukuran tubuhnya. Pejantan memiliki ukuran tubuh yang lebih besar dari betina. Selain itu, pejantan juga memiliki tanduk kecil di dekat kepalanya. Jika diperhatikan lebih seksama, antena yang dimiliki pejantan terdapat rambut-rambut kecil.

Hewan bernama latin Gromphadorhina portentosa ini juga berprospek sebagai pakan binatang lain seperti ikan-ikan berwarna, reptil dan tarantula. Sekitar 60% protein tinggi terkandung dalam tubuhnya yang besar.

Jika Anda menginginkan warna pada ikan atau reptil yang anda miliki lebih atraktif, jangan ragu mencoba memberikan kecoa ini sebagai pakannya. Apalagi sebagai pakan, kecoa ini tidak pelu dilakukan perlakuan tambahan. Anda tinggal memberikan langsung ke ikan atau reptil anda.

(sumber: berbagai sumber)

Kecoa Raksasa

Rekor kecoa terbesar di dunia saat ini dimiliki oleh kecoa jenis giant burrowing cockroach atau rhinoceros cockroach (Macropanesthia rhinoceros). Kecoa ini ditemukan/berasal dari North Queensland, Australia dengan panjang badan 8-9 sentimeter dan berat 30-35 gram.

Kecoa Madagaskar atau Madagascar Hissing Cockroach (kecoa desis Madagaskar) juga masuk dalam kategori kecoa raksasa lainnya. Kecoa bernama latin Gromphadorhina protentosa ini berasal dari hutan Madagaskar yang terletak di sebelah timur Afrika. Rata-rata panjang badan kecoa Madagaskar sebesar 6 cm, namun kecoa ini bisa memiliki panjang hingga 8 sentimeter.

Di Indonesia, tepatnya di dekat mulut gua Talabar di kawasan karst Sangkulirang, Mangkalihat, Kalimantan Timur, seperti dikutip dari Tempo, Tim ekspedisi peneliti LIPI dan The Nature Conservancy (TNC) telah menemukan kecoa raksasa dengan panjang badan mencapai 10 sentimeter dengan lebar sekitar 3 sentimeter. Besar kecoa ini hampir tiga kali lipat besarnya dibanding kecoa yang sering ditemukan di rumah.

Tim ekspedisi ini menduga, kecoa yang mereka temukan tergolong jenis baru. Kecoa ini juga memiliki keunikan pada bagian belakang kepala dan bagian pipih di sisi toraks. Bentuk yang unik ini membuat kecoa ini dijuluki monster. Gerakan kecoa ini lambat sehingga mudah ditangkap. Makanannya pun hanya mengandalkan kotoran penghuni gua (guano). Jika benar kecoa ini jenis baru, maka kecoa yang belum bernama ini akan mengalahkan rekor ukuran kecoa terbesar milik kecoa jenis giant burrowing cockroach atau rhinoceros cockroach (Macropanesthia rhinoceros).